Sabtu, 26 Desember 2015

Awas! Bahaya Dunning-Kruger Effect: Merasa Dirinya Lebih Baik!

self-admiring, dunning-kruger effectDalam kehidupan ini, banyak sekali peristiwa yang kita yakini adalah sebuah kebenaran tapi tanpa disadari adalah sebuah kesalahan. Kita seringkali merasa diri kita pandai, kompeten, dan lebih baik dari orang lain padahal belum tentu faktanya demikian.

Ambil contoh anda adalah seorang lulusan komputer di SMK, kemudian masuk ke perkuliahan dengan mengambil jurusan yang berbeda dari apa yang anda tekuni sewaktu di bangku SMK. Nah, ketika anda berdampingan dengan mahasiswa jurusan komputer, disitu anda merasa bahwa anda lebih hebat dari mereka karena anda membawa sejuta pengalaman tentang komputer dibandingkan mereka yang baru memasuki bidang ilmu tersebut, terkecuali mereka yang dulu juga SMK dengan jurusan yang sama.

Peristiwa semacam ini sering disebut dengan istilah Dunning-Kruger Effect, suatu penyimpangan kognitif dimana penderitanya merasa bahwa dirinya lebih baik atau lebih hebat daripada orang lain pada umumnya. Penyimpangan tersebut diakibatkan ketidakmampuan atas dirinya mengidentifikasi kekurangan-kekurangannya. Dalam pengertian lain, efek Dunning-Kruger adalah orang bodoh yang yakin bahwa dirinya sudah pandai.

Istilah ini diciptakan oleh dua orang ahli psikologi dari Universitas Cornell bernama David Dunning dan Justin Kruger pada tahun 1999 setelah dia melakukan sebuah studi yang menyimpulkan bahwa, “kesalahan dalam menilai orang yang inkompeten berawal dari kesalahan menilai diri sendiri, sedangkan kesalahan dalam menilai orang yang sangat kompeten berawal dari kesalahan menilai orang lain.”

Pernahkah anda merasa demikian? Merasa dirinya superior, tapi ternyata ada yang lebih hebat dari kita. Seperti halnya saya juga sering merasakan efek Dunning-Kruger. Saya pernah merasa bahwa diri saya paling pandai menulis tapi diluar sana juga kurang lebih 80% pasti ada yang lebih pandai dari saya.

Ternyata efek Dunning-Kruger juga pernah disinggung oleh beberapa tokoh di dunia:

Charles Darwin pernah mengatakan bahwa, “ketidaktahuan cenderung menghasilkan rasa percaya diri, bukan pengetahuan.”

William Shakespeare, seorang pujangga dan pemain drama klasik pernah menyinggung dalam dramanya berjudul As You Like It bahwa, “orang bodoh merasa dirinya bijak, tapi orang bijak merasa dirinya bodoh.”

Konfusius atau Kong Hu Cu pernah memaparkan, “pengetahuan sejati berguna untuk mengetahui tingkat ketidaktahuan seseorang.”

Bertrand Russel, seorang matematikawan Inggris pernah mengatakan, “hal yang paling mengecewakan saat ini adalah orang-orang yang merasa dirinya yakin sebenarnya tidak tahu apa-apa dan orang-orang yang punya imajinasi dan pemahaman justru penuh keraguan dan rasa bimbang.”

Efek Dunning-Kruger dalam pandangan Islam

Masih berhubungan dengan singgungan tokoh dunia tentang efek Dunning-Kruger, ada tokoh Islam bernama Al-Khalil bin Ahmadyang memaparkan empat macam manusia dalam spektrum pengetahuan:
  • Pertama, adalah orang yang tahu bahwa dirinya tahu. Dia adalah orang yang baik dan sudah diberikan petunjuk.
  • Kedua, adalah orang yang tidak tahu bahwa dirinya tahu. Dia adalah orang yang memiliki bakat terpendam dalam dirinya.
  • Ketiga, adalah orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu. Biasanya adalah orang yang sedang mencari ilmu.
  • Terakhir, adalah orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Dia adalah orang yang bodoh dan waspadailah jenis manusia ini pada diri anda.
Nah, cerminan efek Dunning-Kruger sama dengan jenis manusia keempat. Dia tidak tahu potensi dirinya. Dia mengira dirinya paling hebat tapi sebenarnya dia itu tidak hebat, dan parahnya dia tidak mengetahuinya!

Dalam Islam, ada istilah ujub, yaitu peristiwa mengagumi diri sendiri. Ujub menganggap dirinya hebat, memuji dirinya baik secara fisik, intelektual, spiritual, dan sebagainya. Pada surat An-Najm ayat 32 dijelaskan, “maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.

Referensi:
[2] http://humancapitaljournal.com/dunning-kruger-effect
Sumber foto: http://www.buddhismwithoutboundaries.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar